Gaya Hidup

Alasan Mengapa Anak Pilih Cerita ke Teman, Bukan Orangtua

×

Alasan Mengapa Anak Pilih Cerita ke Teman, Bukan Orangtua

Sebarkan artikel ini
Alasan Mengapa Anak Pilih Cerita ke Teman, Bukan Orangtua
Alasan Mengapa Anak Pilih Cerita ke Teman, Bukan Orangtua. Image by jcomp on Freepik

plbnews.web.id – Mendengar cerita anak, baik itu tentang kegiatan sehari-hari, perasaan, maupun masalah yang dihadapi, adalah hal yang sangat penting bagi orangtua.

Namun, banyak orangtua yang sering kali merasa terkejut atau bingung ketika anak lebih memilih untuk bercerita kepada teman-temannya daripada kepada mereka.

Fenomena ini menjadi perhatian banyak ahli perkembangan anak dan psikolog, karena dapat mengindikasikan sejumlah faktor dalam hubungan antara anak dan orangtua.

Lalu, mengapa anak lebih nyaman bercerita dengan teman daripada orangtua mereka?

Artikel ini akan membahas berbagai faktor yang memengaruhi perilaku ini.

1. Kebutuhan Sosial Anak yang Berubah

Seiring dengan tumbuh kembangnya anak, kebutuhan sosial mereka juga berubah. Ketika masih kecil, anak-anak lebih cenderung bergantung pada orangtua sebagai sumber utama dukungan emosional dan tempat mereka berbagi cerita.

Namun, seiring berjalannya waktu, terutama saat anak memasuki masa remaja, mereka mulai mencari dan membentuk hubungan yang lebih kuat dengan teman sebaya mereka.

Pada usia ini, teman sebaya menjadi sumber dukungan sosial yang sangat penting. Anak merasa lebih dipahami oleh teman-temannya karena mereka berada dalam fase perkembangan yang serupa.

Teman-teman mereka dapat menghubungkan pengalaman dan perasaan yang lebih mirip dengan apa yang sedang mereka alami. Ini memberi anak rasa diterima dan dihargai, yang sering kali lebih sulit ditemukan dalam interaksi dengan orangtua yang berada dalam posisi lebih otoritatif.

2. Perasaan Takut Dikritik atau Tidak Dimengerti oleh Orangtua

Banyak anak merasa bahwa orangtua mereka mungkin tidak akan mengerti perasaan mereka atau bahkan memberikan kritik yang tidak diinginkan.

Ketika anak bercerita tentang masalah atau perasaan mereka kepada orangtua, mereka sering kali khawatir bahwa orangtua akan memberikan respon yang kurang mendukung, seperti nasihat yang dianggap menggurui atau bahkan teguran.

Hal ini dapat membuat anak merasa tidak nyaman atau takut untuk terbuka.

Teman sebaya, di sisi lain, cenderung lebih bersifat egaliter. Mereka jarang memberikan kritik yang keras dan lebih cenderung mendengarkan tanpa memberikan penilaian yang berat.

Dalam pertemanan, anak merasa lebih bebas untuk berbicara tanpa takut dihukum atau dimarahi, yang menciptakan ruang aman untuk mengekspresikan diri mereka secara terbuka.

3. Peran Media Sosial dan Pengaruh Lingkungan Teman Sebaya

Media sosial dan platform komunikasi digital lainnya memberikan pengaruh besar dalam kehidupan sosial anak-anak, terutama remaja. Melalui media sosial, anak dapat terhubung dengan teman-teman mereka secara lebih mudah dan cepat.