plbnews.web.id – Dalam beberapa tahun terakhir, istilah soft quitting semakin banyak diperbincangkan di kalangan pekerja muda, terutama di kalangan generasi Z (Gen-Z) dan milenial. Fenomena ini mengacu pada praktik di mana pekerja memilih untuk “meninggalkan” pekerjaan mereka secara emosional, meski masih tetap bertahan di posisi tersebut.
Berbeda dengan pengunduran diri yang terang-terangan, soft quitting menunjukkan bahwa seseorang melakukan pekerjaan mereka dengan minimal, tanpa melebihi ekspektasi atau melakukan pekerjaan ekstra.
Fenomena ini telah memicu banyak diskusi tentang bagaimana persepsi terhadap pekerjaan, keseimbangan hidup, dan harapan terhadap tempat kerja berubah di kalangan dua generasi ini.
Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang apa itu soft quitting, mengapa fenomena ini semakin populer di kalangan Gen-Z dan milenial, serta dampaknya terhadap dunia kerja di masa depan.
Apa Itu Soft Quitting?
Sederhananya, soft quitting adalah ketika seorang karyawan memutuskan untuk tidak lagi melakukan lebih dari yang diharapkan dari mereka dalam pekerjaan.
Hal ini bukan berarti mereka berhenti bekerja atau mengundurkan diri, melainkan mereka hanya bekerja sesuai dengan kewajiban yang ada dalam deskripsi pekerjaan mereka, tanpa berusaha untuk berlebihan atau mengambil tanggung jawab tambahan.
Dalam prakteknya, soft quitting bisa berarti:
- Menghindari lembur atau bekerja di luar jam kantor.
- Tidak terlibat dalam tugas-tugas di luar pekerjaan inti.
- Menjaga batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Fenomena ini mulai mendapatkan perhatian pada tahun 2022, setelah viral di platform seperti TikTok, di mana banyak pekerja muda berbagi pengalaman mereka tentang bagaimana mereka merasa pekerjaan mereka tidak lagi menjadi pusat kehidupan mereka.
Istilah ini kemudian diadopsi sebagai cara untuk menggambarkan bagaimana pekerja muda semakin fokus pada keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan, alih-alih mengejar ambisi yang lebih besar di tempat kerja.
Mengapa Soft Quitting Semakin Populer di Kalangan Gen-Z dan Milenial?
Ada beberapa faktor yang memengaruhi mengapa soft quitting semakin populer di kalangan Gen-Z dan milenial. Berikut adalah beberapa alasan utama:
1. Kehidupan yang Lebih Seimbang
Salah satu alasan utama di balik fenomena soft quitting adalah keinginan untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi. Generasi muda, terutama Gen-Z dan milenial, semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mental dan fisik mereka.