plbnews.web.id – Kesehatan mental adalah topik yang semakin mendapat perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Namun, meskipun pembicaraan tentang kesehatan mental sudah mulai lebih terbuka, stigma dan rasa malu masih menjadi penghalang besar bagi banyak anak muda untuk mencari dukungan atau pengobatan yang mereka butuhkan.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam tentang mengapa stigma ini begitu kuat, bagaimana rasa malu memengaruhi keputusan anak muda, dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi tantangan ini.
Mengapa Stigma Kesehatan Mental Masih Ada?
Stigma terhadap kesehatan mental adalah pandangan negatif atau prasangka terhadap seseorang yang sedang berjuang dengan masalah mental.
Stigma ini bisa datang dari berbagai arah, termasuk keluarga, teman, bahkan dari diri sendiri. Meskipun sudah ada banyak upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental, stereotip dan pemahaman yang salah tentang gangguan mental tetap bertahan.
Bagi banyak orang, gangguan mental sering dianggap sebagai tanda kelemahan atau kurangnya kontrol diri. Hal ini diperparah oleh gambaran negatif yang sering muncul di media tentang individu yang berjuang dengan kesehatan mental, yang sering digambarkan sebagai “berbeda” atau “berbahaya”.
Padahal, kenyataannya, masalah kesehatan mental dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang latar belakang.
Stigma ini sangat mempengaruhi anak muda, yang sering kali berada di tengah tekanan sosial yang berat. Mereka tidak hanya harus berurusan dengan tantangan pribadi mereka, tetapi juga dengan harapan sosial yang kadang sulit dipenuhi.
Untuk anak muda yang sedang berada dalam fase pembentukan identitas, stigma ini dapat sangat merusak.
Rasa Malu yang Menghalangi Mencari Bantuan
Rasa malu adalah salah satu faktor utama yang menghalangi anak muda untuk mencari dukungan atau pengobatan ketika mereka mengalami masalah kesehatan mental.
Banyak dari mereka merasa takut akan penilaian dari orang lain, terutama teman-teman sebayanya. Mereka khawatir akan dianggap lemah atau tidak mampu mengatasi masalah mereka sendiri.
Akibatnya, banyak anak muda yang memilih untuk menyembunyikan perasaan mereka dan mencoba menghadapinya sendirian.
Selain itu, ada perasaan bahwa mereka harus “tampil kuat” untuk memenuhi ekspektasi sosial. Hal ini sangat jelas di era media sosial, di mana banyak anak muda merasa harus menunjukkan versi terbaik dari diri mereka, bahkan jika itu tidak mencerminkan kenyataan.
Dalam banyak kasus, keinginan untuk tetap terlihat “normal” atau “baik-baik saja” dapat membuat mereka enggan untuk membuka diri tentang perasaan mereka atau mencari bantuan profesional.
Dampak dari Tidak Mencari Bantuan
Ketika anak muda tidak mencari dukungan atau pengobatan untuk masalah kesehatan mental mereka, dampaknya bisa sangat serius. Stres yang tidak tertangani, kecemasan, depresi, atau bahkan gangguan mental lainnya bisa berkembang menjadi masalah yang lebih besar.