plbnews.web.id – Di era modern yang serba cepat ini, sering kali kita mendengar istilah “passion” atau gairah dalam pekerjaan. Bekerja dengan passion dianggap sebagai kunci kesuksesan dan kebahagiaan. Namun, di sisi lain, ada pula fenomena yang disebut burnout atau kelelahan kerja. Ironisnya, terkadang passion yang awalnya membara justru menjadi pemicu burnout. Lantas, bagaimana sebenarnya hubungan antara passion dan burnout? Apakah cinta pada pekerjaan justru bisa menjadi bumerang? Mari kita bahas lebih dalam.
Apa Itu Passion dan Burnout?
Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami definisi dari kedua istilah ini:
- Passion (Gairah): Dalam konteks pekerjaan, passion mengacu pada semangat, antusiasme, dan dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan yang ditekuni. Seseorang yang bekerja dengan passion akan merasa termotivasi, bersemangat, dan rela meluangkan waktu serta tenaga lebih untuk pekerjaannya.
- Burnout (Kelelahan Kerja): Burnout adalah kondisi kelelahan fisik, emosional, dan mental yang disebabkan oleh stres kerja yang berkepanjangan. Gejala burnout antara lain kelelahan kronis, sinisme terhadap pekerjaan, penurunan kinerja, dan perasaan tidak berdaya.
Keterkaitan Antara Passion dan Burnout: Dua Sisi Mata Uang
Sekilas, passion dan burnout tampak bertolak belakang. Namun, keduanya memiliki keterkaitan yang erat. Passion yang berlebihan dan tidak terkendali justru dapat memicu burnout. Berikut beberapa alasannya:
- Perfeksionisme Berlebihan: Orang yang memiliki passion tinggi cenderung perfeksionis. Mereka ingin memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan. Namun, jika perfeksionisme ini berlebihan, mereka akan terus menerus bekerja tanpa istirahat, mengabaikan batasan diri, dan akhirnya mengalami kelelahan.
- Identifikasi Diri Terlalu Kuat dengan Pekerjaan: Ketika seseorang terlalu mencintai pekerjaannya, ia cenderung mengidentifikasi dirinya sepenuhnya dengan pekerjaan tersebut. Akibatnya, ketika terjadi masalah atau kegagalan dalam pekerjaan, ia merasa sangat terpukul dan mengalami stres yang berat.
- Kurangnya Keseimbangan Hidup: Orang yang sangat bersemangat dengan pekerjaannya sering kali mengabaikan aspek lain dalam hidupnya, seperti keluarga, teman, hobi, dan kesehatan. Keseimbangan hidup yang buruk ini meningkatkan risiko burnout.
- Tekanan Internal dan Eksternal: Tekanan untuk terus berprestasi dan memenuhi ekspektasi, baik dari diri sendiri maupun orang lain, dapat memicu stres kronis yang berujung pada burnout.
- Kurangnya Pengakuan dan Apresiasi: Meskipun memiliki passion yang besar, jika seseorang merasa kurang dihargai atau diakui atas usahanya, motivasinya dapat menurun dan risiko burnout meningkat.
Gejala dan Dampak Burnout
Mengenali gejala burnout penting agar dapat segera diatasi. Beberapa gejala burnout antara lain: