Gaya Hidup

Worklife Blur, Solusi Mengatasi Kaburnya Batas Pekerjaan dan Kehidupan

×

Worklife Blur, Solusi Mengatasi Kaburnya Batas Pekerjaan dan Kehidupan

Sebarkan artikel ini
Worklife Blur, Solusi Mengatasi Kaburnya Batas Pekerjaan dan Kehidupan
Worklife Blur, Solusi Mengatasi Kaburnya Batas Pekerjaan dan Kehidupan. Image by freepik

plbnews.web.id – Dalam beberapa dekade terakhir, konsep work-life balance atau keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi telah menjadi salah satu topik yang sering dibahas.

Banyak orang berusaha untuk menemukan keseimbangan ideal antara karier dan kehidupan pribadi mereka. Namun, dalam era yang serba terhubung ini, di mana teknologi memfasilitasi komunikasi tanpa henti, keseimbangan tersebut semakin sulit dicapai.

Fenomena ini dikenal dengan istilah worklife blur atau kaburnya batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Apa Itu Worklife Blur?

Worklife blur merujuk pada situasi di mana batas antara waktu kerja dan waktu pribadi menjadi kabur, terutama karena kemajuan teknologi dan budaya kerja yang mendorong karyawan untuk selalu siap bekerja.

Istilah ini menggambarkan bagaimana individu sering kali merasa kesulitan untuk memisahkan kedua aspek tersebut. Di masa lalu, kehidupan pribadi dan pekerjaan cenderung lebih terpisah dengan jam kerja yang jelas.

Namun, dengan hadirnya berbagai perangkat dan aplikasi yang menghubungkan kita secara terus-menerus, baik melalui email, pesan instan, atau aplikasi pertemuan daring, pekerjaan bisa menuntut perhatian kapan saja dan di mana saja.

Faktor Penyebab Worklife Blur

  1. Kemajuan Teknologi Salah satu alasan utama mengapa worklife blur semakin meluas adalah kemajuan teknologi, terutama dalam komunikasi. Dengan ponsel pintar, laptop, dan aplikasi kolaborasi, pekerjaan dapat diterima atau diselesaikan kapan saja. Tidak jarang seseorang menerima email atau pesan pekerjaan di luar jam kerja atau bahkan saat liburan. Keberadaan perangkat ini memungkinkan pekerjaan untuk “mengikuti” kita kemanapun pergi, yang menyebabkan gangguan terhadap waktu pribadi.
  2. Budaya Kerja “Always On” Budaya kerja yang menuntut pekerja untuk selalu siap dan responsif juga berkontribusi besar terhadap kaburnya batas waktu kerja. Banyak perusahaan yang menerapkan kebijakan yang mengharuskan karyawan untuk tersedia setiap saat, baik siang maupun malam. Hal ini sering kali diperburuk dengan harapan yang tidak realistis mengenai waktu respons yang cepat, terutama bagi pekerja di industri yang sangat dinamis.
  3. Peningkatan Fleksibilitas Kerja Walaupun fleksibilitas kerja dianggap sebagai keuntungan, kenyataannya sering kali hal ini membawa dampak negatif. Banyak pekerja yang merasa harus selalu siap bekerja di luar jam kerja normal, seperti saat jam makan malam atau di akhir pekan. Dengan adanya opsi untuk bekerja dari rumah, pekerja justru merasa lebih sulit untuk memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi mereka.
  4. Peningkatan Keterikatan Emosional terhadap Pekerjaan Dalam beberapa tahun terakhir, ada perubahan dalam cara pandang terhadap pekerjaan. Banyak orang mulai melihat pekerjaan bukan hanya sebagai sumber pendapatan, tetapi juga sebagai bagian integral dari identitas mereka. Hal ini menciptakan kecenderungan untuk selalu terlibat dalam pekerjaan, bahkan di luar jam kerja. Ketergantungan ini semakin mengaburkan batas antara waktu untuk diri sendiri dan pekerjaan.
Baca Juga :  Produktivitas Tinggi Bisa Jadi Bumerang, Ini Cara Menghindari Burnout

Dampak Negatif Worklife Blur

Meskipun banyak yang menganggap bahwa fleksibilitas dalam bekerja adalah keuntungan, worklife blur dapat memiliki berbagai dampak negatif yang mempengaruhi kualitas hidup pekerja. Beberapa dampak tersebut antara lain:

  1. Stres dan Kelelahan Mental Ketika batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi kabur, individu lebih rentan mengalami stres dan kelelahan mental. Ketika pekerja merasa terus-menerus terhubung dengan pekerjaan, mereka mungkin kesulitan untuk beristirahat dan merevitalisasi diri. Hormon stres, seperti kortisol, dapat terpicu lebih sering, yang berpotensi menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan tidur, kecemasan, atau depresi.
  2. Penurunan Produktivitas Ironisnya, meskipun pekerja terus-menerus tersedia, mereka justru bisa mengalami penurunan produktivitas. Kurangnya pemisahan waktu kerja dan waktu pribadi dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk fokus dan bekerja secara efisien. Rasa kelelahan dan kurangnya waktu untuk bersantai dapat mengurangi kualitas hasil kerja.
  3. Hubungan Pribadi yang Terganggu Ketika pekerjaan mengonsumsi terlalu banyak waktu, hubungan pribadi, baik dengan keluarga, teman, maupun pasangan, dapat terganggu. Kualitas waktu yang dihabiskan bersama orang-orang terdekat bisa berkurang jika seseorang terus-menerus terganggu oleh pekerjaan, baik melalui ponsel, email, atau pesan instan.
  4. Kehilangan Kesejahteraan Secara Umum Jika seseorang tidak dapat memisahkan waktu untuk bekerja dan waktu untuk diri sendiri, mereka bisa kehilangan kesejahteraan fisik dan emosional mereka secara keseluruhan. Keseimbangan kehidupan yang sehat berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup, dan jika keseimbangan itu hilang, individu dapat merasa tertekan dan tidak puas.
Baca Juga :  Life After Breakup: Cara Gen Z Menghadapi Putus Cinta di TikTok

Strategi untuk Mengatasi Worklife Blur

Meskipun konsep worklife blur tidak dapat sepenuhnya dihindari di era digital ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memitigasi dampaknya. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi:

  1. Tetapkan Batasan yang Jelas Salah satu langkah pertama yang dapat diambil untuk mengatasi worklife blur adalah dengan menetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi. Misalnya, tentukan jam kerja yang pasti dan hindari memeriksa email atau pesan pekerjaan setelah jam tersebut. Jika memungkinkan, matikan pemberitahuan dari aplikasi pekerjaan selama waktu pribadi untuk mencegah gangguan.
  2. Manfaatkan Teknologi Secara Bijak Teknologi bisa menjadi pedang bermata dua. Sementara teknologi memungkinkan kita bekerja lebih efisien, hal itu juga bisa menciptakan worklife blur. Gunakan teknologi untuk mendukung produktivitas Anda, namun tetapkan waktu untuk benar-benar “offline”. Jangan biarkan perangkat Anda mengendalikan waktu Anda.
  3. Komunikasikan Ekspektasi dengan Pihak Lain Salah satu cara untuk mengurangi tekanan adalah dengan berkomunikasi dengan atasan atau rekan kerja mengenai ekspektasi kerja. Jika Anda merasa beban pekerjaan mulai mengganggu kehidupan pribadi, penting untuk berbicara dan mencari solusi bersama. Pemahaman dan pengaturan yang lebih realistis tentang waktu kerja akan membantu menciptakan keseimbangan yang lebih baik.
  4. Prioritaskan Waktu untuk Diri Sendiri Sisihkan waktu setiap hari untuk melakukan aktivitas yang memberi Anda kebahagiaan dan kedamaian, seperti olahraga, meditasi, atau sekadar bersantai. Jika Anda merasa tertekan atau terlalu banyak pekerjaan, penting untuk memprioritaskan waktu untuk diri sendiri demi menjaga kesejahteraan mental dan fisik.
  5. Pertimbangkan Model Kerja Hybrid Bekerja dengan model hybrid, yang menggabungkan pekerjaan di kantor dan di rumah, dapat memberikan fleksibilitas yang lebih besar, sambil memungkinkan Anda untuk menjaga batasan yang lebih jelas antara kehidupan kerja dan pribadi. Dengan model ini, Anda dapat memilih waktu dan tempat untuk bekerja, tetapi tetap menjaga waktu untuk keluarga dan kegiatan pribadi.
Baca Juga :  Diet Sukses Dimulai dari Waktu Makan Malam yang Tepat

Menghadapi Tantangan Era Always On

Era digital yang terus berkembang dengan perangkat yang semakin canggih membawa keuntungan, namun juga tantangan besar dalam mempertahankan keseimbangan hidup yang sehat. Fenomena worklife blur menunjukkan betapa sulitnya bagi banyak orang untuk membedakan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka.

Meskipun hal ini tidak mudah dihindari, dengan pendekatan yang tepat dan kesadaran diri, kita dapat mengelola tantangan ini untuk menjaga kesejahteraan kita.

Menciptakan batasan yang sehat, berkomunikasi secara terbuka dengan pihak terkait, dan memanfaatkan teknologi dengan bijak adalah langkah-langkah penting untuk mengatasi worklife blur.

Pada akhirnya, meskipun dunia kerja semakin menuntut, keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi tetap bisa dicapai jika kita tahu cara mengelolanya dengan bijaksana.