Hubungan

Risiko Memulai Bisnis dengan Keluarga dan Sahabat, Hati-hati

×

Risiko Memulai Bisnis dengan Keluarga dan Sahabat, Hati-hati

Sebarkan artikel ini
Risiko Memulai Bisnis dengan Keluarga dan Sahabat, Hati-hati
Risiko Memulai Bisnis dengan Keluarga dan Sahabat, Hati-hati. Image by freepik

plbnews.web.id – Banyak orang bermimpi untuk membangun sebuah usaha yang berkembang pesat, dan kadang, memulai bersama orang yang dekat dengan kita, seperti sahabat atau saudara terasa sangat menggoda.

Tentu saja, kedekatan emosional dan rasa saling percaya sering kali menjadi alasan utama mengapa kita memilih mereka sebagai mitra bisnis.

Namun, apakah benar melibatkan sahabat atau saudara dalam bisnis adalah keputusan yang tepat?

Meskipun niatnya baik, kenyataannya memulai bisnis dengan orang yang kita anggap dekat justru bisa membawa dampak negatif yang tak terduga.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas beberapa alasan mengapa memulai bisnis dengan sahabat atau saudara bisa merusak hubungan yang sudah terjalin lama.

1. Perbedaan Pandangan Bisnis yang Menyebabkan Konflik

Setiap orang pasti memiliki pandangan dan cara kerja yang berbeda dalam menjalankan bisnis. Sahabat atau saudara yang biasanya kita lihat dengan kacamata pribadi, bisa jadi memiliki pendekatan yang sangat berbeda dalam hal bisnis.

Ketika dua orang yang dekat satu sama lain memiliki pandangan yang bertolak belakang mengenai cara mengelola usaha, konflik pun bisa muncul.

Misalnya, satu pihak mungkin lebih berorientasi pada penghematan biaya, sementara yang lain lebih fokus pada inovasi dan ekspansi cepat. Ketika hal-hal ini tidak diselesaikan dengan bijaksana, mereka dapat menyebabkan gesekan yang dapat merusak hubungan personal yang sudah terjalin lama.

2. Batasan Profesional yang Kabur

Dalam hubungan pribadi, kita sering kali tidak terlalu memperhatikan batasan-batasan yang ada. Namun, dalam dunia bisnis, batasan profesional sangat penting. Ketika kita bekerja dengan sahabat atau saudara, garis pemisah antara hubungan pribadi dan profesional sering kali menjadi kabur.

Ini bisa membuat komunikasi menjadi kurang efektif, dan keputusan-keputusan bisnis bisa dipengaruhi oleh emosi atau ikatan pribadi.

Misalnya, jika terjadi masalah di tempat kerja, kita mungkin lebih cenderung mengabaikan kritik atau menunda penyelesaian masalah karena kita tidak ingin menyakiti perasaan orang yang kita cintai.

Padahal, dalam dunia bisnis, penyelesaian masalah secara objektif dan cepat sangat penting untuk menjaga kelancaran operasional.

3. Tanggung Jawab yang Tidak Terbagi dengan Jelas

Salah satu aspek penting dalam menjalankan bisnis adalah pembagian tanggung jawab yang jelas antara semua pihak yang terlibat. Ketika menjalankan bisnis dengan sahabat atau saudara, sering kali kita merasa segan untuk membicarakan peran dan tanggung jawab masing-masing secara terbuka.

Akibatnya, ada risiko pembagian tugas yang tidak seimbang, yang bisa mengarah pada ketidakpuasan dan ketegangan.

Misalnya, satu pihak mungkin merasa telah mengerjakan lebih banyak tugas, sementara yang lain merasa tidak mendapatkan tanggung jawab yang seimbang.

Ketika perasaan ini tidak dikomunikasikan dengan baik, rasa ketidakadilan bisa berkembang, yang pada akhirnya akan merusak hubungan pribadi.

4. Masalah Keuangan yang Menjadi Sensitif

Uang sering kali menjadi salah satu sumber utama masalah dalam bisnis. Memulai usaha bersama sahabat atau saudara dapat meningkatkan risiko terjadinya ketegangan terkait masalah keuangan.

Misalnya, ketika terjadi perbedaan pendapat mengenai pembagian keuntungan atau bagaimana uang perusahaan harus digunakan, masalah ini bisa berkembang menjadi konflik yang jauh lebih besar.

Keputusan-keputusan finansial yang melibatkan jumlah uang yang besar sering kali bisa mempengaruhi hubungan pribadi kita.

Dalam hal ini, sahabat atau saudara yang terlibat dalam bisnis bisa merasa dikhianati atau tidak diperlakukan adil, yang pada akhirnya mengarah pada keretakan hubungan.

5. Emosi yang Mengganggu Proses Pengambilan Keputusan

Salah satu tantangan terbesar dalam dunia bisnis adalah pengambilan keputusan yang objektif dan berbasis data. Ketika kita bekerja dengan orang yang sangat dekat dengan kita, emosi bisa sangat memengaruhi cara kita mengambil keputusan.

Sebagai contoh, kita mungkin enggan untuk membuat keputusan yang tegas atau menyarankan perubahan yang diperlukan karena takut menyakiti perasaan sahabat atau saudara kita.

Situasi seperti ini tidak hanya bisa merugikan bisnis, tetapi juga merusak hubungan kita. Dalam dunia bisnis, keputusan yang tegas dan tepat waktu sangat dibutuhkan, dan terkadang keputusan tersebut harus dibuat dengan cepat, tanpa dipengaruhi oleh faktor emosional.

6. Ketergantungan yang Berlebihan pada Hubungan Pribadi

Memulai bisnis dengan sahabat atau saudara dapat membuat kita merasa terlalu nyaman. Ketika terjadi masalah, kita mungkin terlalu bergantung pada hubungan pribadi untuk menyelesaikan masalah tersebut, bukannya mencari solusi yang lebih rasional dan objektif.

Ketergantungan ini bisa membuat kita gagal melihat masalah secara jelas, dan malah memperburuk keadaan.

Sebagai contoh, kita mungkin merasa tidak perlu mencatat setiap transaksi atau membuat laporan keuangan yang terperinci karena kita merasa sudah saling percaya.

Padahal, dalam bisnis, kejelasan administrasi dan akuntabilitas sangat penting. Ketika hubungan pribadi terlalu dominan, profesionalisme bisa terganggu.

7. Penyelesaian Masalah yang Tidak Efektif

Dalam bisnis, masalah pasti akan muncul dari waktu ke waktu. Namun, yang membedakan antara bisnis yang sukses dan yang gagal adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan efektif.

Ketika kita bekerja dengan sahabat atau saudara, sering kali kita merasa terlalu emosional atau enggan untuk menghadapi masalah secara langsung.

Misalnya, jika ada masalah dengan pengelolaan staf atau masalah operasional lainnya, kita mungkin cenderung menghindari pembicaraan tersebut karena khawatir bisa merusak hubungan.

Padahal, penyelesaian masalah yang tertunda justru bisa memperburuk situasi, bahkan merusak fondasi bisnis itu sendiri.

8. Tantangan Ketika Bisnis Gagal

Tidak ada yang bisa memprediksi dengan pasti apakah bisnis akan berhasil atau gagal. Ketika bisnis yang dijalankan bersama sahabat atau saudara gagal, dampaknya bisa jauh lebih besar daripada jika kita menjalankan bisnis sendirian.

Gagalnya bisnis bisa memengaruhi tidak hanya keadaan finansial kita, tetapi juga hubungan pribadi kita dengan orang yang kita ajak berbisnis.

Kegagalan bisnis sering kali membawa beban emosional yang berat, dan jika itu melibatkan orang yang dekat dengan kita, perasaan kecewa dan frustrasi bisa sangat mendalam.

Ketegangan ini bisa memperburuk hubungan dan bahkan menyebabkan perpisahan yang sulit dihindari.

9. Kesulitan dalam Memisahkan Urusan Bisnis dan Personal

Ketika bekerja dengan sahabat atau saudara, sering kali kita kesulitan untuk memisahkan urusan bisnis dan kehidupan pribadi. Misalnya, saat ada permasalahan di kantor, kita mungkin masih membicarakan hal itu ketika bertemu di luar jam kerja. Begitu pula sebaliknya, masalah pribadi bisa terbawa ke dalam diskusi bisnis.

Kondisi ini membuat kita kesulitan untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ketika ini terjadi terus-menerus, produktivitas bisnis akan terganggu, dan hubungan pribadi juga bisa merosot.

10. Solusi untuk Menghindari Risiko Ini

Jika kamu tetap ingin memulai bisnis bersama sahabat atau saudara, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk meminimalkan risiko konflik yang merusak hubungan. Pertama, pastikan untuk memiliki pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas sejak awal.

Kedua, buatlah kesepakatan bisnis yang tertulis, yang mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak. Ketiga, selalu komunikasikan masalah dengan jujur dan terbuka, serta buat keputusan bisnis dengan fokus pada objektivitas dan profesionalisme.

Meskipun memulai bisnis bersama sahabat atau saudara bisa terasa menarik dan menguntungkan, kenyataannya bisa menjadi sangat rumit. Potensi konflik, ketidakjelasan tanggung jawab, dan dampak emosional bisa merusak hubungan yang sudah terjalin lama.

Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan untuk melibatkan orang yang dekat dalam bisnis kita.

Jika keputusan ini tetap diambil, pastikan untuk menjaga profesionalisme dan komunikasi yang terbuka agar bisnis tetap berjalan lancar tanpa merusak hubungan pribadi.