Gaya Hidup

Attachment Style Avoidant: Apakah Itu Pilihan atau Trauma?

×

Attachment Style Avoidant: Apakah Itu Pilihan atau Trauma?

Sebarkan artikel ini
Attachment Style Avoidant: Apakah Itu Pilihan atau Trauma?
Image by freepik

plbnews.web.id – Attachment style atau gaya keterikatan adalah cara kita membentuk hubungan emosional dengan orang lain, dan bisa sangat mempengaruhi bagaimana kita berinteraksi dengan pasangan, keluarga, atau teman.

Salah satu gaya keterikatan yang paling sering dibicarakan dalam psikologi adalah avoidant attachment style atau gaya keterikatan menghindar. Banyak orang yang merasa penasaran: apakah gaya ini adalah pilihan hidup atau akibat dari pengalaman traumatis di masa lalu?

Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu attachment style avoidant, penyebabnya, dan apakah itu bisa dianggap sebagai pilihan ataukah merupakan dampak dari pengalaman traumatis yang mendalam.

Apa Itu Attachment Style Avoidant?

Attachment style avoidant adalah pola perilaku yang biasanya berkembang pada masa kanak-kanak dan bertahan hingga dewasa. Orang dengan gaya keterikatan ini cenderung merasa tidak nyaman dengan kedekatan emosional yang berlebihan dalam hubungan.

Baca Juga :  Gaya Hidup Minimalis, Solusi Cerdas untuk Keuangan Lebih Sehat

Mereka sering kali menghindari ketergantungan pada orang lain dan merasa lebih aman ketika mereka dapat mengendalikan jarak emosional dalam hubungan. Dalam hubungan romantis, mereka mungkin terlihat dingin atau kurang responsif terhadap kebutuhan pasangan mereka, meskipun mereka sebenarnya ingin merasa dihargai.

Kebanyakan orang dengan gaya keterikatan menghindar cenderung sulit membuka diri dan mengekspresikan perasaan mereka. Ini bisa terjadi karena mereka merasa cemas atau bahkan takut terhadap keintiman. Hal ini sering berujung pada hubungan yang cenderung lebih dingin atau kurang mendalam secara emosional.

Penyebab Attachment Style Avoidant

1. Pengalaman Masa Kecil

Salah satu penyebab utama dari gaya keterikatan menghindar adalah pengalaman masa kecil yang penuh dengan penolakan atau pengabaian emosional. Misalnya, jika seorang anak tumbuh dalam keluarga di mana kebutuhan emosionalnya tidak dipenuhi secara konsisten, mereka dapat mengembangkan cara untuk melindungi diri mereka sendiri dengan menghindari ketergantungan pada orang lain. Seiring waktu, ini membentuk pola pikir bahwa “lebih baik menghadapinya sendiri” dan “lebih aman menjaga jarak.”

Baca Juga :  Apakah Kamu Masih Membawa Trauma? Ini Cara Menyembuhkannya

2. Ketidakhadiran Keamanan Emosional

Keamanan emosional dalam hubungan anak dan orangtua sangat penting untuk perkembangan gaya keterikatan yang sehat. Namun, jika anak tidak menerima respons emosional yang cukup dari orangtua atau pengasuh mereka ketika mereka membutuhkan dukungan, mereka bisa merasa bahwa orang lain tidak dapat diandalkan. Ini menciptakan ketidakpercayaan terhadap orang lain, yang kemudian mengarah pada penghindaran keintiman atau kedekatan.