“Kalau pilihannya puas dan tidak puas, saya memilih puas terhadap kepemimpinan 100 hari Iqbal-Dinda,” sambungnya.
*Orasi Ahmad SH*
Closing statement disampaikan oleh Ketua DPD Partai NasDem Lombok Tengah sekaligus Anggota DPRD Kabupaten Lombok Tengah Ahmad Syamsul Hadi. Ahmad SH mengemukakan, acara Mimbar Bebas 100 hari Iqbal-Dinda penuh dengan kritik dan otokritik.
“Tapi saya lihat tadi yang orasi sangat teknokratik,” jelasnya.
Ahmad SH memulai pandangannya dengan menceritakan kisah Franklin Delano Roosevelt ketika terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat pada 1933 silam. Saat itu, Roosevelt terpilih dalam satu masa dimana Amerika dalam depresi.
“Di sana awal mula orang mengangkat tema 100 hari kerja,” jelasnya.
Saat itu, 15 rancangan Undang-Undang dia berhasil buat di Kongres. Kemudian 25 persen pengangguran dalam masa yang singkat ia tuntaskan.
Pada 2009, Barrack Obama menemukan hal serupa. Ia berhadapan dengan satu masa ‘resesi hebat’. Obama kemudian mampu meletakkan sendi-sendi pemerintahannya dalam masa 100 hari. Itu kemudian dikenal dengan Obama Care.
“Kerja 100 hari ini pernah dikritik oleh Jhon F Kennedy yang menilai kerja 100 hari bukan ukuran menilai kinerja pemerintahan. Tetapi ia meletakkan dasar bahwa 100 hari menjadi penting sebagai suatu landasan menentukan kerja-kerja berikutnya,” bebernya.
Dalam konteks Iqbal-Dinda, dalam konstruksi berpikir NTB ke depan, maka yang akan menjadi pertaruhan sesungguhnya adalah ide dan gagasan dalam masa 100 hari itu.
“Kita akan memeriksa konsistensi ini dalam jangka waktu yang panjang,” pungkasnya.
Acara Mimbar Bebas ini menjadi ruang terbuka pertama yang secara khusus membedah kinerja awal pemerintahan Iqbal-Dinda. Meski kritik tajam disampaikan dari berbagai arah, semangat membangun dan mengawal janji politik tetap menjadi benang merah yang menyatukan diskusi tersebut.
“Seratus hari memang bukan waktu lama. Tapi harusnya cukup untuk menunjukkan arah dan niat baik kepemimpinan. Dalam 100 hari harusnya fondasi perubahan mulai diletakkan. Waktu akan menjawab apakah bangunan di atas fondasi itu berdiri atau justru sebaliknya,” keta Direktur Mi6 , Bambang Mei Finarwanto. ( Red )