Para pepadu bertanding dengan menggunakan perlengkapan tradisional yang khas, yaitu ikat kepala (sapuk).
Sebilah rotan sepanjang kurang lebih 1 meter sebagai alat pukul, dan sebuah tameng (ende) yang terbuat dari kulit sapi dan kayu sebagai penangkis.
Kemeriahan suasana semakin terasa berkat iringan musik tradisional Sasak yang ditabuh selama pertandingan berlangsung, memberikan semangat bagi para pepadu dan menghibur penonton.
Aturan dan Sportivitas dalam Arena
Secara teknis, setiap pertarungan antara dua pepadu dilakukan dalam empat ronde. Masing-masing ronde memiliki durasi sekitar tiga menit.
Meskipun Peresean melibatkan adu fisik dengan menggunakan rotan, nilai sportivitas dan keberanian sangat dijunjung tinggi oleh para pepadu maupun seluruh elemen yang terlibat.
Peresean bukanlah ajang untuk mencari musuh atau melukai lawan secara serius, melainkan sebuah tradisi yang menguji mental, ketangkasan, dan keberanian, di mana para pepadu akan berpelukan setelah pertandingan berakhir sebagai simbol persaudaraan.
Kemeriahan dalam Rangka HUT Lombok Barat
Pagelaran seni budaya Peresean ini merupakan bagian integral dari rangkaian acara memeriahkan HUT Kabupaten Lombok Barat ke-67 tahun 2025.
Diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat dengan mengusung tema “Berkolaborasi Menuju Sejahtera Dari Desa”.
Acara ini menjadi wadah untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya lokal Sasak kepada generasi muda dan masyarakat luas.
Pada hari kedua pelaksanaan Peresean, misalnya, Bupati Lombok Barat H. Lalu Ahmad Zaini beserta isteri turut hadir menyaksikan langsung.
Didampingi oleh Direktur RS Tripat dan Direktur PTAM Lombok Barat, menunjukkan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap pelestarian budaya ini.