Binkam

Kebangkitan Nasional vs. Kebangkitan Mesin: Siapa yang Menang?

×

Kebangkitan Nasional vs. Kebangkitan Mesin: Siapa yang Menang?

Sebarkan artikel ini

Literasi Digital: Pilar Kebangkitan Baru

Menurut Devie, literasi digital kini harus diposisikan setara dengan pendidikan dasar. “Kebangkitan tidak akan mungkin terjadi tanpa manusia yang paham bagaimana teknologi bekerja, apa bahayanya, dan kapan harus berkata cukup,” tegasnya.

Ia mengusulkan agar pemerintah tidak hanya fokus pada pengembangan AI, tetapi juga pada regulasi dan etika yang kuat. “Indonesia harus belajar dari kasus-kasus di luar negeri. Kita tidak ingin Clearview AI atau perangkat pengawasan massal hadir di kota-kota kita tanpa persetujuan publik,” lanjut Devie.

Kebangkitan Nasional yang Berjiwa dan Bernurani

Itwasum Polri, Dedi menegaskan bahwa Hari Kebangkitan Nasional harus dikembalikan ke esensinya: membela manusia. “Bangkitlah sebagai manusia. Jangan serahkan pengambilan keputusan hidup, hukum, atau relasi kepada mesin. Karena sekali kita percaya bahwa mesin tahu segalanya, maka kita telah kehilangan hakikat dari apa itu manusia.”

Devie Rahmawati menambahkan, “Teknologi boleh berkembang. Tapi etika, cinta, dan kesadaran harus tumbuh lebih cepat. Kebangkitan sejati adalah saat kita mampu menggunakan teknologi tanpa kehilangan jati diri.”

“Fenomena AI hari ini bukan fiksi ilmiah. Dari ruang sidang, kamar tidur, hingga layar ponsel, kita berhadapan dengan entitas digital yang makin cerdas—tapi tak bermoral. Hari Kebangkitan Nasional adalah momen untuk menegaskan: manusia harus tetap jadi pusat dari kemajuan, bukan korban dari kecanggihan” tutup Dedi, mantan Kadiv Humas Mabes Polri