“Kalau dalam keluarga, tahu diri berarti menyadari peran kita masing-masing. Sedangkan tahu batas, misalnya, ketika marah, kita harus sadar kapan harus berhenti bicara sebelum kata-kata melukai hati orang yang kita cintai,” jelasnya.
Dr. I Dewa Nyoman Agung Dharma Wijaya, SH.MH, pun mengajak masyarakat untuk menjadikan dua ilmu tersebut sebagai pedoman dalam keseharian. Menurutnya, keberhasilan sejati bukanlah tentang seberapa tinggi posisi yang diraih, tetapi seberapa besar seseorang mampu memahami dirinya dan menghormati batas-batas kehidupan.
“Dua ilmu ini adalah warisan kebijaksanaan yang harus terus kita pelajari. Jika dipraktikkan dengan sungguh-sungguh, kita akan memiliki fondasi hidup yang kokoh dan arah yang lebih jelas,” tutupnya.