Lombok Barat, NTB – Kepolisian Sektor (Polsek) Sekotong, Polres Lombok Barat, Polda NTB, semakin intensif mendekatkan diri dengan generasi muda melalui program inovatif bertajuk “Polsek Sekotong Menyapa Sekolah”. Pada Kamis, 16 Oktober 2025, kegiatan edukatif yang komprehensif ini menyambangi SMA NW Islam 1 Sekotong, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, dengan fokus utama pada pencegahan perundungan (bullying), pernikahan dini, dan penyalahgunaan narkoba.
Program yang dimulai pukul 09.30 WITA ini melibatkan sejumlah personel Polsek Sekotong, antara lain Ps. Kanit Binmas AIPTU I. Komang Sunantara, Unit Lantas AIPDA Iskandar, dan Bamin Binmas BRIPDA Rahman. Mereka berinteraksi langsung dengan Kepala Sekolah SMA NW 1 Sekotong, Ibu Siti Hartina S.Pd., para guru pengajar, serta seluruh siswa-siswi, menjalin silaturahmi sekaligus memberikan bekal pengetahuan penting untuk masa depan pelajar.
Polsek Sekotong Hadir Membangun Karakter dan Etika Pelajar
Inisiatif “Polsek Sekotong Menyapa Sekolah” merupakan wujud nyata komitmen kepolisian dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan kondusif. Selain itu, program ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara pihak kepolisian dengan institusi pendidikan.
Ps. Kanit Binmas Polsek Sekotong, AIPTU I. Komang Sunantara, dalam sambutannya menekankan pentingnya silaturahmi ini sebagai upaya preventif. “Kami hadir di sini bukan hanya untuk bersilaturahmi, tetapi juga untuk menjadi mitra sekolah dan orang tua dalam mendidik generasi muda. Kami ingin memastikan siswa-siswi kita memiliki karakter budi pekerti dan etika yang baik dalam pergaulan sehari-hari,” ujarnya.
Edukasi Krusial: Bahaya Bullying, Narkoba, dan Pernikahan Dini
Dalam sesi edukasi, sejumlah materi krusial disampaikan dengan gaya bahasa yang mudah diterima oleh para pelajar. Topik perundungan atau bullying menjadi sorotan utama. Personel Polsek Sekotong memberikan himbauan tegas bahwa tindakan bullying, baik secara verbal maupun fisik, sangat merugikan korban dan dapat meninggalkan dampak psikologis yang mendalam. Mereka mengajak seluruh siswa untuk saling menghargai dan menciptakan suasana persahabatan di sekolah.
Isu pernikahan dini juga disosialisasikan secara mendalam. Dijelaskan bahwa pernikahan di usia sekolah atau remaja dapat berdampak negatif pada kesehatan reproduksi, mental, serta menghambat cita-cita dan masa depan para pelajar. Para siswa diberikan pemahaman bahwa kesiapan fisik dan mental adalah kunci utama sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, sejalan dengan aturan yang berlaku di Indonesia.