Barang bukti dimusnahkan menggunakan tungku bersuhu di atas 1.000 derajat Celsius, hingga seluruh zat berbahaya berubah menjadi abu dan cairan residu yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.
Mengenai pola peredaran, Kombes Audie menjelaskan bahwa jalur distribusi narkoba masih didominasi wilayah barat Indonesia, namun pengungkapan di wilayah timur kini meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan penegakan hukum di daerah.
“Belum ada pergeseran signifikan. Pintu masuk masih banyak di wilayah barat, tetapi teman-teman di polda wilayah timur kini juga semakin aktif, sehingga banyak jaringan yang terungkap,” ungkapnya.
Ia menambahkan, peredaran sabu sebagian besar berasal dari luar negeri, terutama Tiongkok, namun juga banyak diproduksi secara lokal di laboratorium clandestine.
“Sabu ini produk kimia sintetis. Banyak yang masuk dalam bentuk prekursor dari luar negeri, tapi juga bisa diproduksi di dalam negeri. Tantangan kita adalah mengungkap laboratorium-laboratorium gelap ini,” katanya.
Menutup keterangannya, Kombes Pol. Audie Carmy Wibisana menegaskan bahwa Polri tetap berkomitmen untuk memerangi narkoba secara menyeluruh sebagaimana arahan Kapolri Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si.
“Arahan Bapak Kapolri jelas — Polri tidak akan berhenti memerangi narkoba. Kita harus terus bekerja keras dan berinovasi agar bisa mengimbangi kecanggihan para pelaku kejahatan narkotika,” tutupnya.













