Ketika kedua orang tua tidak sepakat mengenai cara terbaik dalam mendidik anak, hasilnya bisa membingungkan bagi anak dan membuat pola asuh tersebut menjadi tidak konsisten.
Penting untuk berbicara secara terbuka dan saling mendukung satu sama lain dalam menerapkan pola asuh yang lebih empatik. Namun, seringkali komunikasi yang buruk atau perbedaan dalam nilai-nilai pengasuhan dapat membuat upaya gentle parenting menjadi sulit untuk diimplementasikan dengan baik.
7. Faktor Lingkungan dan Kebiasaan Keluarga
Lingkungan tempat seseorang dibesarkan juga berpengaruh besar terhadap cara mereka mengasuh anak. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menerapkan disiplin keras atau hukuman fisik, mereka mungkin kesulitan untuk beralih ke pola asuh yang lebih lembut.
Kebiasaan yang sudah tertanam selama bertahun-tahun membuat mereka merasa bahwa cara yang lebih keras adalah cara yang benar.
Proses perubahan pola asuh ini bisa sangat menantang, apalagi jika mereka merasa bahwa orang-orang di sekitar mereka masih menganggap pendekatan yang lebih keras adalah yang terbaik. Oleh karena itu, faktor lingkungan dan kebiasaan keluarga juga memainkan peran yang besar dalam keberhasilan penerapan gentle parenting.
Menerapkan gentle parenting memang bukanlah hal yang mudah, terutama dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini.
Meskipun tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, banyak orang tua yang merasa terhambat oleh berbagai faktor seperti kesibukan, kurangnya pemahaman, kekhawatiran tentang kedisiplinan, serta tekanan sosial.
Namun, dengan komitmen yang kuat, pengetahuan yang tepat, dan dukungan yang memadai, gentle parenting tetap bisa menjadi pendekatan yang efektif untuk membangun hubungan yang sehat dan penuh kasih dengan anak.
Terlepas dari tantangannya, orang tua yang berhasil menerapkannya sering kali merasakan manfaat jangka panjang berupa hubungan yang lebih baik dengan anak serta perkembangan emosional yang positif bagi kedua belah pihak.