Acara bukber itu telah usai. Lampu-lampu di pendopo telah padam, sisa-sisa kolak telah dibersihkan. Tapi cerita di baliknya baru saja membuka babak pertama. Waktu akan terus berjalan, membawa jawaban yang tak bisa dielakkan: akankah meritokrasi bertahan, atau akankah bayang-bayang oknum ini terus mengintai, menanti kesempatan untuk mencuri lagi? Di bawah langit NTB yang diam, pertanyaan itu menggantung—dan kita semua adalah saksinya.
Di Balik Undangan Bukber: Meritokrasi yang Tersandung Bayang-Bayang Kekuasaan
Wahyu Rizki5 min baca
