BeritaHukrimPeristiwa

AF alias “Walid Lombok”, Tersangka Kasus Dugaan Persetubuhan dan Pencabulan Terhadap Puluhan Santriwatinya

×

AF alias “Walid Lombok”, Tersangka Kasus Dugaan Persetubuhan dan Pencabulan Terhadap Puluhan Santriwatinya

Sebarkan artikel ini
AF alias Walid Lombok terduga kasus pelecehan puluhan santriwatinya/ mohel/plbnews

Mataram,  — Kasus dugaan persetubuhan dan pencabulan yang melibatkan AF,alias “Walid Lombok”, seorang pengasuh pondok pesantren di Lombok Barat, semakin mencuat ke permukaan. Setelah selama ini menjadi misteri dan menimbulkan keprihatinan di masyarakat, pria berusia 52 tahun itu akhirnya memberikan pengakuan di hadapan penyidik Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polresta Mataram.

Dalam pemeriksaan yang berlangsung hari Kamis kemarin, AF mengakui bahwa perbuatan keji yang dilakukannya selama bertahun-tahun itu dilakukan karena “khilaf” dan dalam kondisi “kesetanan”. Dengan nada datar, ia menyampaikan, “Saya khilaf dan kesetanan saya saja,” saat diperiksa di ruang penyidikan. Kamis, 24 April 2025.

Motif di balik tindakan mengerikan tersebut terungkap cukup mencengangkan. AF, yang menjabat sebagai ketua yayasan pondok pesantren di wilayah Lombok Barat sejak tahun 2015 hingga 2021, menyatakan bahwa semua perbuatannya itu dilandasi niat untuk “mengajarkan”, “memberikan doa”, dan “mengijazahkan” kepada para santriwatinya. Ia mengaku menyentuh area sensitif korban saat melakukan tindakan tersebut, yang tentu saja menimbulkan keprihatinan dan kemarahan dari berbagai kalangan.

“Yang saya lakukan ini memang tidak dibenarkan secara agama,” lirih AF mengakui, menandakan bahwa ia sadar bahwa perbuatannya sangat bertentangan dengan ajaran agama yang dianut.

Lebih jauh, AF mengungkapkan bahwa doa yang sering ia bisikkan kepada para korban, yang sebagian besar masih di bawah umur, adalah harapan agar mereka mendapatkan pasangan yang baik di masa depan dan keturunan yang saleh. “Secara sederhana, kalian (santri) bisa mendapatkan pasangan yang baik. Mendapatkan keturunan yang baik, itu yang selalu saya sampaikan,” katanya.

Saat ditanya mengenai jumlah korban, DS mengaku tidak dapat mengingat secara pasti. Ia hanya menyebutkan bahwa jumlahnya “ada puluhan”. Pengakuan ini semakin menambah rasa pilu di hati masyarakat, mengingat perbuatan tersebut telah merusak masa depan banyak santri dan mencoreng citra dunia pendidikan agama di NTB.

Di akhir pemeriksaan, AF menyampaikan penyesalan yang mendalam atas perbuatan keji tersebut. Ia menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh korban dan keluarganya, serta menyadari bahwa perbuatannya telah menghancurkan masa depan dan hati masyarakat sekitar. “Saya pribadi minta maaf kepada para santriwati yang pernah menjadi korban, otomatis menghancurkan masa depan kalian, menghancurkan kalian dan keluarga kalian, bahkan menghancurkan hati masyarakat sekitar. Saya minta maaf,” ujarnya dengan nada penuh penyesalan.