Gaya Hidup

Toxic Positivity di Tempat Kerja: Dampak Buruk yang Sering Diabaikan

×

Toxic Positivity di Tempat Kerja: Dampak Buruk yang Sering Diabaikan

Sebarkan artikel ini
Toxic Positivity di Tempat Kerja: Dampak Buruk yang Sering Diabaikan
Toxic Positivity di Tempat Kerja: Dampak Buruk yang Sering Diabaikan.

Karyawan yang merasa bahwa perasaan negatif mereka tidak diterima bisa mengembangkan perasaan tidak cukup baik atau bahkan merasa gagal dalam menghadapi tantangan.

Ini bisa berujung pada kecemasan atau depresi, dua kondisi yang dapat mempengaruhi kinerja dan kualitas hidup secara keseluruhan.

3. Penurunan Keterlibatan Karyawan

Ketika karyawan merasa tidak didengar atau dihargai karena perasaan mereka tidak diterima, keterlibatan mereka dalam pekerjaan bisa menurun.

Mereka mungkin kehilangan motivasi untuk memberikan yang terbaik karena merasa bahwa lingkungan kerja mereka tidak mendukung kesejahteraan emosional mereka.

Cara Menghadapi dan Mengatasi Toxic Positivity di Tempat Kerja

Agar toxic positivity tidak merusak kesehatan mental karyawan, perusahaan dan individu perlu menerapkan pendekatan yang lebih sehat dan realistis dalam menghadapi perasaan dan tantangan yang muncul di lingkungan kerja. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Menghargai Perasaan Negatif

Alih-alih menekan atau mengabaikan perasaan negatif, penting untuk memberikan ruang bagi karyawan untuk mengungkapkan dan memproses perasaan mereka.

Hal ini dapat dilakukan dengan mendengarkan dengan empati dan memberikan dukungan yang diperlukan tanpa merasa perlu untuk segera memberikan solusi atau nasehat yang tidak diminta.

2. Menciptakan Budaya Keterbukaan

Budaya perusahaan yang terbuka dan mendukung dapat membantu mengurangi toxic positivity. Dengan menciptakan ruang di mana karyawan merasa aman untuk berbicara tentang tantangan dan kesulitan yang mereka hadapi, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat.

Ini juga dapat membantu meningkatkan kolaborasi dan saling pengertian antara karyawan dan manajemen.

3. Menerapkan Pendekatan Solutif

Daripada hanya mendorong karyawan untuk berpikir positif, perusahaan harus lebih fokus pada solusi nyata. Misalnya, jika ada masalah terkait beban kerja yang berlebihan, diskusi dan perencanaan ulang tugas dapat membantu mengurangi stres.

Mengidentifikasi akar masalah dan memberikan dukungan yang sesuai akan jauh lebih bermanfaat daripada sekadar memberikan motivasi tanpa solusi.

4. Mendidik tentang Kesehatan Mental

Penting bagi perusahaan untuk memberikan pendidikan dan sumber daya mengenai kesehatan mental kepada karyawan. Menyediakan akses ke konseling atau pelatihan keterampilan pengelolaan stres bisa membantu karyawan untuk mengelola tantangan mereka dengan cara yang lebih sehat.

Toxic positivity, meskipun terlihat sebagai cara untuk mempertahankan semangat dan optimisme, sebenarnya dapat memiliki dampak buruk yang signifikan bagi kesehatan mental karyawan.