3. Harapan terhadap Fleksibilitas dan Work-Life Balance
Gen Z sangat mengutamakan fleksibilitas dalam bekerja. Menurut laporan dari PwC, sekitar 65% dari karyawan Gen Z mengatakan bahwa mereka menginginkan fleksibilitas kerja yang lebih besar, baik dalam hal waktu maupun lokasi kerja.
Mereka tidak lagi terikat pada jam kerja tradisional dan lebih memilih pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk menyeimbangkan antara karier dan kehidupan pribadi.
Faktor Penyebab Gen Z Cepat Resign
Setelah memahami karakteristik dasar Gen Z, kita bisa lebih mudah menggali faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan mereka untuk resign lebih cepat. Meskipun tidak ada jawaban tunggal, ada beberapa penyebab utama yang dapat menjelaskan fenomena ini.
1. Kesejahteraan Mental yang Terabaikan
Salah satu alasan utama mengapa Gen Z memilih untuk keluar dari pekerjaan adalah karena kurangnya perhatian terhadap kesejahteraan mental mereka.
Banyak perusahaan masih belum sepenuhnya memahami pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental.
Menurut studi dari American Psychological Association, sekitar 41% pekerja Gen Z melaporkan tingkat stres yang tinggi, yang sering kali disebabkan oleh ekspektasi pekerjaan yang tidak realistis atau budaya kerja yang tidak mendukung keseimbangan kehidupan kerja.
Jika sebuah perusahaan tidak memberikan perhatian pada kesejahteraan karyawan atau tidak menyediakan dukungan mental yang memadai, Gen Z cenderung merasa tidak dihargai dan memilih untuk resign.
2. Budaya Kerja yang Tidak Mendukung Nilai-Nilai Pribadi
Seiring meningkatnya kesadaran sosial, Gen Z lebih selektif dalam memilih tempat bekerja yang sejalan dengan nilai-nilai mereka.
Perusahaan yang tidak memiliki komitmen terhadap keberagaman, inklusi, dan keberlanjutan cenderung kehilangan perhatian dari karyawan muda ini.
Di banyak kasus, Gen Z merasa tidak cocok dengan budaya kerja yang terlalu kaku atau tidak sejalan dengan prinsip-prinsip yang mereka anut. Ini mendorong mereka untuk mencari lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan identitas dan keyakinan mereka.
3. Kurangnya Peluang untuk Pengembangan Karir
Generasi Z dikenal sangat ambisius dan ingin terus berkembang. Mereka ingin merasakan adanya peningkatan keterampilan dan kesempatan untuk naik jabatan.
Ketika perusahaan tidak menawarkan peluang pengembangan karir yang jelas atau program pelatihan yang memadai, Gen Z merasa tidak ada harapan untuk berkembang dalam pekerjaan tersebut.
Akibatnya, mereka akan mencari peluang di perusahaan lain yang menawarkan prospek karir yang lebih cerah.
4. Keinginan untuk Fleksibilitas dan Otonomi
Bagi Gen Z, otonomi dan fleksibilitas adalah hal yang sangat penting. Jika perusahaan tidak menawarkan fleksibilitas dalam bekerja—misalnya, opsi untuk bekerja dari rumah atau jadwal kerja yang fleksibel—mereka mungkin merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton dan memilih untuk resign.