Gaya Hidup

Mengapa Soft Quitting Menjadi Pilihan Pekerja Muda? Dampak dan Fakta yang Perlu Kamu Tahu

×

Mengapa Soft Quitting Menjadi Pilihan Pekerja Muda? Dampak dan Fakta yang Perlu Kamu Tahu

Sebarkan artikel ini
Mengapa Soft Quitting Menjadi Pilihan Pekerja Muda? Dampak dan Fakta yang Perlu Kamu Tahu
Mengapa Soft Quitting Menjadi Pilihan Pekerja Muda? Dampak dan Fakta yang Perlu Kamu Tahu.

Mereka cenderung lebih menuntut pekerjaan yang tidak mengorbankan kesejahteraan pribadi mereka.

Menurut survei Gallup yang dilakukan pada tahun 2022, lebih dari 60% pekerja muda melaporkan bahwa mereka merasa lebih baik ketika memiliki waktu untuk keluarga, teman, dan aktivitas pribadi.

Hal ini mencerminkan pergeseran besar dari budaya kerja keras dan jam kerja panjang yang sebelumnya mendominasi dunia profesional.

2. Pandemi COVID-19 dan Perubahan Paradigma Kerja

Pandemi COVID-19 membawa perubahan besar dalam cara orang bekerja. Banyak pekerja yang sebelumnya terjebak dalam rutinitas pekerjaan 9 hingga 5 mulai merasakan kenyamanan bekerja dari rumah dan fleksibilitas waktu.

Setelah pandemi, banyak pekerja yang menilai kembali prioritas hidup mereka. Menurut laporan McKinsey, lebih dari 40% pekerja di AS mengatakan mereka lebih memilih fleksibilitas dalam pekerjaan setelah pandemi daripada meningkatkan gaji.

Keinginan untuk bekerja lebih sedikit, namun lebih efektif, semakin menguat setelah mereka merasakan manfaat dari kerja jarak jauh dan pengaturan waktu yang lebih fleksibel.

Hal ini menyebabkan banyak pekerja muda, khususnya milenial dan Gen-Z, untuk mengurangi beban pekerjaan yang tidak mereka anggap penting.

3. Krisis Kesehatan Mental

Isu kesehatan mental juga menjadi faktor signifikan dalam fenomena soft quitting. Di tengah tekanan ekonomi dan sosial yang semakin tinggi, banyak pekerja muda yang merasa tertekan oleh harapan yang tidak realistis dari tempat kerja mereka.

Riset yang dilakukan oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa pekerja muda lebih rentan terhadap stres dan kecemasan di tempat kerja dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Akibatnya, mereka lebih memilih untuk mundur sedikit dari pekerjaan dan menjaga kesehatan mental mereka daripada terjebak dalam budaya kerja yang berlebihan.

4. Keinginan untuk Lebih Banyak Waktu untuk Pengembangan Diri

Generasi Z dan milenial sangat menghargai pengembangan diri dan pencarian makna hidup. Mereka lebih cenderung mengutamakan waktu untuk belajar keterampilan baru, berinteraksi dengan keluarga dan teman, atau mengejar hobi dan passion mereka.

Menurut survei Deloitte 2022, lebih dari 50% milenial dan Gen-Z memilih untuk tidak bekerja lembur demi menghabiskan waktu dengan aktivitas yang lebih memuaskan di luar pekerjaan mereka. Soft quitting bagi mereka menjadi cara untuk menjaga waktu mereka tetap berharga.

5. Perubahan dalam Persepsi terhadap Loyalitas pada Perusahaan

Salah satu ciri khas dari generasi muda saat ini adalah perubahan dalam konsep loyalitas terhadap perusahaan. Gen-Z dan milenial lebih cenderung berpindah pekerjaan atau bahkan memilih untuk menjadi freelancer, dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang cenderung lebih loyal pada satu perusahaan.