plbnews.web.id – Sebuah fenomena yang mulai mendapat perhatian lebih adalah doomscrolling, sebuah kebiasaan yang bisa berdampak negatif pada kesehatan mental. Di tengah era digital saat ini, hampir semua orang memiliki akses tak terbatas ke berbagai informasi melalui ponsel dan media sosial.
Doomscrolling merujuk pada kebiasaan menggulir atau membaca berita-berita buruk, penuh dengan kabar negatif atau mengkhawatirkan, tanpa henti, bahkan meskipun kita tahu itu bisa membuat stres.
Memang, tidak ada yang bisa menyangkal bahwa kehidupan kita sangat bergantung pada informasi yang datang dari dunia maya. Tapi, sering kali kita terjebak dalam lingkaran membaca berita yang berat, yang berfokus pada peristiwa tragis, krisis global, atau masalah sosial yang menegangkan.
Hal ini bisa sangat mempengaruhi kondisi psikologis kita. Berikut adalah beberapa dampak negatif doomscrolling terhadap kesehatan mental yang perlu diwaspadai.
Apa Itu Doomscrolling?
Sebelum kita membahas lebih lanjut, penting untuk memahami dengan jelas apa itu doomscrolling. Doomscrolling adalah kebiasaan menggulir media sosial atau situs berita untuk mencari dan membaca informasi negatif secara terus-menerus.
Kata “doom” merujuk pada perasaan pesimis dan putus asa, sementara “scrolling” menggambarkan aktivitas menggulir layar ponsel atau komputer. Kebiasaan ini sering kali dilakukan tanpa disadari, di mana pengguna merasa terjebak dalam berita buruk yang terus mengalir, baik itu terkait pandemi, bencana alam, politik yang penuh ketegangan, atau masalah sosial yang kompleks.
1. Meningkatkan Kadar Stres dalam Tubuh
Salah satu dampak paling nyata dari doomscrolling adalah meningkatnya kadar stres dalam tubuh. Ketika kita terus-menerus terpapar pada berita buruk, otak kita merespons dengan memicu pelepasan hormon stres, seperti kortisol.
Kortisol ini mempengaruhi berbagai fungsi tubuh, seperti meningkatkan tekanan darah, detak jantung yang lebih cepat, dan mempersiapkan tubuh untuk menghadapi ancaman, meskipun ancaman tersebut mungkin tidak nyata atau bahkan jauh sekali dari kehidupan kita.
Proses ini mirip dengan respons “fight or flight” yang dirancang untuk melindungi kita dari bahaya langsung. Namun, dalam hal doomscrolling, otak kita tidak dapat membedakan antara ancaman nyata dan berita negatif, yang menyebabkan tingkat stres yang lebih tinggi.
Kondisi ini bisa berlangsung lama, bahkan setelah kita berhenti membaca berita, karena kadar kortisol yang tetap tinggi dalam tubuh.
2. Hyperarousal: Kewaspadaan Berlebihan
Dampak lanjutan dari meningkatnya kadar stres akibat doomscrolling adalah terjadinya kondisi yang disebut hyperarousal atau kewaspadaan berlebihan.
Dalam kondisi ini, tubuh dan pikiran kita tetap dalam keadaan terjaga dan waspada berlebihan meski tidak ada ancaman fisik di sekitar kita. Kita bisa merasa cemas, khawatir, atau bahkan terjaga saat seharusnya sedang beristirahat.
Hyperarousal disebabkan oleh ketegangan berlebihan yang ditimbulkan oleh informasi negatif. Otak kita merasa selalu berada dalam situasi darurat, padahal kenyataannya, kita tidak sedang menghadapi bahaya langsung.
Gejala dari hyperarousal ini bisa termasuk sulit tidur, peningkatan kecemasan, bahkan masalah fisik seperti sakit kepala atau ketegangan otot.
3. Menurunnya Kualitas Tidur
Masalah tidur adalah salah satu dampak negatif yang cukup serius akibat doomscrolling. Menurut penelitian, orang yang sering mengakses berita buruk atau konten yang menegangkan sebelum tidur cenderung mengalami gangguan tidur yang lebih sering.
Informasi yang kita terima dari perangkat elektronik, terutama yang mengandung unsur kecemasan atau ketakutan, dapat meningkatkan aktivasi saraf yang membuat otak kita tetap terjaga.
Hal ini berhubungan langsung dengan kualitas tidur yang buruk. Ketika kita kurang tidur, tubuh tidak dapat memulihkan diri secara optimal, yang akhirnya mempengaruhi produktivitas, suasana hati, dan daya tahan tubuh secara keseluruhan.
Peningkatan kecemasan yang datang dari doomscrolling juga dapat membuat seseorang terjaga sepanjang malam, memikirkan apa yang mereka baca sebelumnya.
4. Kecemasan dan Depresi yang Meningkat
Dampak jangka panjang dari kebiasaan doomscrolling adalah meningkatnya tingkat kecemasan dan depresi. Ketika kita terus-menerus terpapar pada informasi yang negatif dan penuh dengan masalah dunia yang tampak tanpa solusi, kita bisa merasa cemas, putus asa, atau bahkan terjebak dalam perasaan tidak berdaya.
Pola pikir negatif ini dapat merusak pandangan hidup kita, memperburuk perasaan, dan meningkatkan risiko gangguan kecemasan atau depresi. Berita buruk yang terus-menerus mengalir bisa memicu perasaan bahwa dunia ini semakin buruk, yang tentu saja memperburuk kondisi mental kita.
Masyarakat yang semakin terhubung melalui media sosial juga berisiko merasa terisolasi dan lebih rentan terhadap perasaan cemas yang tidak terkendali.
5. Kehilangan Rasa Kontrol dan Optimisme
Salah satu alasan mengapa doomscrolling bisa sangat merusak adalah bahwa itu sering kali membuat kita merasa tidak memiliki kendali atas situasi. Ketika kita membaca berita tentang bencana alam, krisis sosial, atau ketidakpastian ekonomi, kita sering kali merasa bahwa segala sesuatunya berada di luar kemampuan kita untuk mengubahnya.
Kebiasaan ini, meskipun sering dilakukan dengan niat untuk tetap up-to-date, malah memperburuk rasa tidak berdaya. Hal ini mengikis rasa optimisme kita, karena kita mulai merasa bahwa kita tidak bisa melakukan apapun untuk mengatasi masalah-masalah besar yang kita baca.
Dengan kata lain, kita merasa semakin terperangkap dalam sebuah dunia yang penuh dengan hal-hal negatif tanpa adanya solusi yang jelas.
6. Dampak pada Hubungan Sosial
Doomscrolling juga bisa mempengaruhi hubungan sosial seseorang. Ketika kita terlalu fokus pada berita buruk atau hal-hal yang membuat stres, kita menjadi lebih mudah terasing dari orang-orang terdekat.
Perasaan cemas dan depresi yang ditimbulkan dari doomscrolling dapat membuat kita kurang ingin berinteraksi dengan orang lain, atau bahkan berkontribusi pada perasaan tidak puas terhadap kehidupan sosial kita.
Teman-teman atau keluarga bisa merasa bahwa kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencerna berita buruk daripada berbicara tentang hal-hal positif.
Ini bisa menyebabkan hubungan yang lebih renggang, terutama jika kita mulai memaksakan pandangan pesimis terhadap dunia kepada orang lain.
Cara Mengatasi Doomscrolling dan Menjaga Kesehatan Mental
Walaupun doomscrolling bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan, ada beberapa cara untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan mental kita:
- Tentukan Batas Waktu: Cobalah untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk membaca berita atau media sosial. Tetapkan waktu tertentu, misalnya hanya 15 menit di pagi hari atau malam hari, untuk membaca berita.
- Berlangganan Sumber Positif: Berlanggananlah pada sumber berita yang lebih seimbang, yang mencakup berita positif atau inspiratif untuk menyeimbangkan informasi negatif.
- Gunakan Teknologi dengan Bijak: Gunakan aplikasi atau fitur pengingat waktu yang membantu Anda untuk memonitor berapa lama Anda menghabiskan waktu di media sosial.
- Perhatikan Aktivitas Fisik dan Mental: Berolahraga, meditasi, atau melakukan hobi dapat membantu meredakan stres dan mengalihkan fokus dari berita buruk.
Dengan meminimalkan kebiasaan doomscrolling, kita bisa melindungi kesehatan mental kita dan menciptakan kehidupan digital yang lebih sehat.
Kita juga bisa lebih fokus pada hal-hal yang membawa kebahagiaan dan kedamaian, daripada terjebak dalam siklus berita negatif yang tidak ada habisnya.
Doomscrolling memang tampak sebagai kebiasaan sepele, tetapi dampaknya terhadap kesehatan mental kita bisa sangat besar.
Dari peningkatan stres, gangguan tidur, hingga kecemasan yang berlebihan, kebiasaan ini dapat merusak keseimbangan mental kita jika dibiarkan terus berlanjut.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali kebiasaan ini dan mulai mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya, agar kita bisa tetap menjaga kesehatan mental di tengah arus informasi yang tiada henti.