plbnews.web.id – Di era digital saat ini, informasi bergerak dengan sangat cepat. Setiap detik, jutaan berita dan update terus hadir melalui media sosial, platform berita, hingga grup WhatsApp. Namun, tidak semua informasi yang beredar benar.
Dalam kebingungan ini, seringkali kita menemui orang-orang yang mudah terpengaruh oleh berita bohong atau misinformasi. Lalu, siapa saja yang lebih rentan terjebak dalam arus informasi palsu ini? Apa saja ciri-cirinya?
Artikel ini akan mengupas tuntas tentang siapa yang lebih mudah terkena dampak misinformasi dan berita bohong serta bagaimana kita bisa melindungi diri dari fenomena ini.
1. Kurangnya Literasi Digital
Salah satu ciri paling mendasar dari orang yang mudah terpengaruh oleh misinformasi adalah rendahnya tingkat literasi digital. Literasi digital mengacu pada kemampuan seseorang untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif melalui internet.
Ketika seseorang kurang memahami cara kerja algoritma media sosial atau bagaimana informasi dapat disaring secara objektif, mereka akan lebih rentan terhadap berita yang tidak benar.
Sebagai contoh, jika seseorang tidak tahu bagaimana cara memverifikasi sumber informasi atau tidak mampu membedakan antara berita terpercaya dengan yang hanya berbasis opini, mereka lebih mungkin mempercayai informasi yang salah.
Banyak berita bohong yang menyebar melalui media sosial karena disertai dengan headline yang menarik dan bisa menarik perhatian tanpa memperhatikan akurasi.
2. Keterikatan pada Bias Konfirmasi
Bias konfirmasi adalah kecenderungan untuk mencari, menafsirkan, atau mengingat informasi yang mendukung pandangan atau keyakinan yang sudah ada. Orang yang lebih terikat pada bias konfirmasi biasanya akan lebih mudah percaya pada berita yang sesuai dengan pandangan mereka, meskipun informasi tersebut tidak benar.
Misalnya, jika seseorang sudah memiliki pandangan tertentu tentang suatu isu, mereka akan lebih cenderung membagikan atau mempercayai berita yang mengonfirmasi pandangannya, bahkan jika berita tersebut bersumber dari sumber yang tidak dapat dipercaya.
Ini menjadi salah satu alasan mengapa hoaks atau informasi palsu bisa dengan mudah tersebar di grup-grup tertentu yang memiliki pandangan serupa.
3. Tingkat Kepercayaan pada Media Sosial yang Tinggi
Media sosial adalah platform utama di mana banyak orang mendapatkan informasi. Namun, kecepatan dan penyebaran informasi di media sosial seringkali tidak diimbangi dengan akurasi yang baik.
Orang yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi pada media sosial tanpa memverifikasi lebih lanjut akan lebih mudah terjebak dalam misinformasi.