Ini berarti, jika sebuah properti dihargai Rp 1 miliar, pemiliknya bisa mendapatkan penghasilan sewa sekitar Rp 50 juta hingga Rp 80 juta per tahun.
Aset Fisik yang Nyata
Berbeda dengan investasi di saham atau obligasi yang bersifat abstrak, properti adalah aset fisik yang dapat dilihat dan dirasakan. Sebagai investor, Anda memiliki kendali lebih besar terhadap aset ini. Anda bisa merawat, memperbaiki, atau bahkan merenovasi properti untuk meningkatkan nilainya.
Aset fisik juga memberikan rasa aman bagi banyak investor karena dapat dilihat sebagai ‘barang berharga’ yang selalu ada, meskipun pasar mengalami fluktuasi.
Hedges Terhadap Inflasi
Properti juga berfungsi sebagai pelindung terhadap inflasi. Ketika inflasi meningkat, harga barang dan jasa cenderung naik. Namun, nilai properti sering kali mengikuti tren inflasi, bahkan dalam beberapa kasus bisa meningkat lebih cepat daripada tingkat inflasi.
Oleh karena itu, berinvestasi di properti bisa menjadi cara yang efektif untuk melindungi kekayaan dari erosi nilai uang yang disebabkan oleh inflasi.
Diversifikasi Portofolio Investasi
Properti juga bisa digunakan untuk diversifikasi portofolio investasi. Sebagai investor, penting untuk memiliki beberapa jenis aset agar tidak bergantung pada satu sumber keuntungan saja. Dengan menambahkan properti dalam portofolio, Anda menambah lapisan perlindungan terhadap risiko yang terkait dengan investasi lain, seperti saham atau obligasi.
Properti bisa berperan sebagai “safe haven” dalam portofolio Anda, terutama dalam masa ketidakpastian ekonomi.
Risiko Investasi Properti
Modal Awal Besar
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh calon investor properti adalah modal awal yang cukup besar. Harga properti, terutama di kota besar, seringkali mencapai miliaran rupiah. Hal ini membuat investasi properti tidak mudah diakses oleh semua orang, terutama bagi mereka yang memiliki dana terbatas.
Selain itu, pengajuan kredit atau KPR untuk membeli properti juga memerlukan pertimbangan matang mengenai kemampuan finansial.
Likuiditas Rendah
Salah satu kelemahan utama dalam investasi properti adalah rendahnya likuiditas. Jika Anda perlu menjual properti dengan cepat, prosesnya bisa memakan waktu yang cukup lama. Berbeda dengan saham yang bisa dijual dalam hitungan detik, menjual properti membutuhkan waktu untuk menemukan pembeli yang tepat dan proses administratif yang rumit.
Biaya-biaya yang terkait dengan penjualan properti, seperti biaya notaris, pajak, dan biaya perbaikan, juga perlu dipertimbangkan.
Biaya Perawatan yang Tinggi
Berinvestasi dalam properti tidak hanya melibatkan biaya pembelian. Ada juga berbagai biaya perawatan yang harus dipertimbangkan, termasuk biaya pemeliharaan, perbaikan, pajak properti, dan asuransi.