Rasa takut untuk tidak memenuhi ekspektasi fisik atau sosial sering kali membuat mereka enggan untuk membuka diri sepenuhnya kepada orang lain.
Dalam hal ini, aplikasi kencan online turut memperburuk situasi. Meskipun menawarkan kemudahan untuk bertemu orang baru, platform seperti Tinder atau Bumble sering kali membuat pengguna merasa terjebak dalam siklus “swiping” atau memilih pasangan hanya berdasarkan penampilan fisik, yang membuat hubungan lebih superfisial.
Kecemasan tentang “ditolak” atau tidak cukup menarik menyebabkan banyak orang merasa lebih aman untuk menjaga jarak dan tidak terlalu dalam terlibat dengan orang lain.
Generasi Z dan Konsep Cinta yang Lebih Fleksibel
Walaupun Generasi Z cenderung menghindari komitmen yang dalam, hal ini bukan berarti mereka tidak menghargai hubungan atau tidak ingin membangun ikatan emosional. Justru, mereka sering kali lebih memilih hubungan yang fleksibel dan terbuka, di mana mereka bisa tetap menjaga ruang pribadi sambil tetap terhubung dengan pasangan mereka.
Konsep ini sering disebut sebagai “situationships,” di mana dua orang memiliki hubungan romantis yang tidak terlalu jelas atau terikat pada label hubungan tertentu, seperti pacaran.
Situasi ini mencerminkan bagaimana generasi ini lebih mengutamakan kebebasan dan kenyamanan pribadi dalam membangun hubungan. Mereka lebih terbuka dengan komunikasi dan lebih menyukai hubungan yang dapat berkembang seiring waktu tanpa tekanan atau ekspektasi yang terlalu tinggi.
Di sisi lain, hal ini bisa juga dipandang sebagai salah satu bentuk perlindungan diri dari ketakutan akan risiko yang berlebihan.
Kehidupan yang Terlalu Sibuk untuk Memikirkan Komitmen
Selain itu, salah satu tantangan terbesar bagi Generasi Z adalah tekanan hidup yang semakin tinggi. Banyak dari mereka yang lebih fokus pada karier, pendidikan, dan pengembangan diri, yang membuat mereka merasa tidak memiliki waktu atau energi untuk membangun hubungan yang dalam dan serius.
Dalam dunia yang penuh dengan pilihan dan kesempatan, hubungan romantis sering kali bukanlah prioritas utama bagi banyak orang muda.
Meningkatnya kecemasan tentang masa depan juga berperan dalam hal ini. Dengan keadaan ekonomi yang tidak pasti, banyak orang muda merasa lebih aman jika tidak terikat pada hubungan yang memerlukan komitmen jangka panjang. Mereka lebih memilih untuk mengeksplorasi berbagai pilihan tanpa merasa tertekan oleh ekspektasi hubungan yang stabil dan permanen.
Mengatasi Ketakutan dan Membangun Hubungan yang Sehat
Meskipun ketakutan akan risiko dapat mempengaruhi kualitas hubungan Generasi Z, penting untuk diingat bahwa setiap individu unik dan bisa memilih untuk mengubah pola pikir mereka. Salah satu cara untuk mengatasi ketakutan ini adalah dengan membangun kepercayaan diri dan komunikasi yang lebih terbuka dengan pasangan.