Gaya Hidup

Cara Bijak Menghadapi Anak yang Menangis Tanpa Mengabaikan Perasaan

×

Cara Bijak Menghadapi Anak yang Menangis Tanpa Mengabaikan Perasaan

Sebarkan artikel ini
Cara Bijak Menghadapi Anak yang Menangis Tanpa Mengabaikan Perasaan

plbnews.web.id – Menangis adalah cara alami yang digunakan oleh anak-anak untuk mengungkapkan perasaan mereka. Baik itu rasa kesal, takut, atau bahkan rasa lapar, air mata menjadi saluran untuk mengekspresikan emosi yang belum dapat mereka ungkapkan dengan kata-kata.

Namun, seringkali dalam menghadapi anak yang menangis, orang tua atau pengasuh cenderung mengatakan kalimat yang tampaknya sederhana dan efektif seperti, “Berhenti menangis.”

Meskipun tujuan dari kalimat ini adalah untuk meredakan atau menghentikan tangisan anak, penggunaan frasa tersebut sebenarnya dapat berpengaruh negatif dalam jangka panjang.

Bagaimana seharusnya orang tua merespons tangisan anak agar emosi mereka tidak terabaikan atau malah menambah rasa frustasi?

Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa sering mengatakan “berhenti menangis” tidak selalu efektif, serta alternatif kata atau pendekatan yang lebih baik menurut para pakar.

Mengapa Frasa “Berhenti Menangis” Bisa Merugikan?

Bagi banyak orang tua, kata-kata seperti “Berhenti menangis” seringkali digunakan dengan tujuan untuk menghentikan perilaku yang dianggap mengganggu atau tidak sesuai.

Namun, menurut ahli psikologi anak dan pengembangan emosi, perintah semacam ini dapat memiliki dampak yang kurang positif pada perkembangan emosional anak.

1. Tidak Menghargai Perasaan Anak

Anak-anak, terutama yang masih sangat muda, belum sepenuhnya dapat memahami atau mengelola perasaan mereka. Ketika mereka menangis, itu adalah cara mereka untuk mengomunikasikan sesuatu yang penting bagi mereka—baik itu ketidaknyamanan fisik, kebutuhan akan perhatian, atau frustrasi. Mengatakan “berhenti menangis” tanpa memberikan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan perasaannya dapat mengirim pesan bahwa perasaan mereka tidak penting atau tidak valid.

Baca Juga :  Cara Deep Talk Bisa Perkuat Ikatan Emosional Pasangan

2. Menimbulkan Rasa Tidak Aman dan Cemas

Pakar perkembangan anak, Dr. John Gottman, menjelaskan bahwa penting bagi orang tua untuk membantu anak-anak mengenali dan mengelola emosi mereka dengan cara yang sehat. Jika orang tua terus-menerus mengabaikan atau meremehkan perasaan anak dengan kalimat seperti “berhenti menangis”, anak mungkin merasa bahwa emosi mereka tidak aman untuk diungkapkan. Ini bisa berpotensi menciptakan rasa cemas yang lebih besar atau bahkan menyebabkan mereka menekan perasaan mereka sendiri.

3. Mengurangi Kemampuan Anak untuk Mengelola Emosi

Dalam jangka panjang, ketika anak merasa dipaksa untuk menahan tangis atau emosinya, mereka mungkin akan kesulitan untuk mengidentifikasi atau mengungkapkan perasaan mereka di masa depan. Mengajarkan anak cara mengelola emosi dengan cara yang mendukung dan penuh empati akan membantu mereka berkembang menjadi individu yang mampu menghadapi tantangan emosional dengan lebih baik.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

Alih-alih mengatakan “berhenti menangis”, ada pendekatan yang lebih efektif dan empatik yang dapat digunakan orang tua untuk membantu anak mereka mengatasi perasaan dan situasi yang memicu tangisan. Berikut adalah beberapa alternatif dan tips yang bisa diterapkan:

1. Menggunakan Frasa yang Lebih Empatik

Ketika anak menangis, cobalah untuk lebih fokus pada perasaan mereka daripada mencoba menghentikan tangisan secara langsung. Berikut adalah beberapa kalimat yang lebih empatik dan mendukung:

  • “Aku tahu kamu sedih, ayo bicarakan apa yang membuatmu merasa begitu.”
  • “Kamu marah ya? Bisa ceritakan kenapa?”
  • “Aku di sini untuk kamu, ayo kita cari tahu bersama.”
Baca Juga :  Cara Bijak Orang Tua Membicarakan Topik Sensitif dengan Anak

Dengan menggunakan kalimat seperti ini, orang tua memberi kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan perasaan mereka dan merasa didengar. Ini akan membangun kepercayaan dan rasa aman, serta mendorong anak untuk lebih terbuka tentang perasaan mereka.

2. Mengidentifikasi dan Memvalidasi Perasaan Anak

Setelah anak merasa diterima, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan memvalidasi perasaan mereka. Misalnya, jika anak menangis karena merasa takut atau marah, cobalah untuk menyebutkan perasaan tersebut secara langsung. Ini menunjukkan bahwa Anda memahami dan menghargai perasaan mereka. Beberapa contoh kalimat yang dapat digunakan adalah:

  • “Aku melihat kamu takut, dan itu wajar jika kamu merasa begitu.”
  • “Kelihatannya kamu kesal dengan apa yang terjadi, itu bisa dimengerti.”

Dengan memvalidasi perasaan mereka, anak merasa dihargai dan diterima, yang penting untuk perkembangan emosional mereka.

3. Memberikan Pilihan untuk Menenangkan Diri

Terkadang, anak-anak mungkin merasa kesulitan untuk meredakan tangisannya. Dalam hal ini, memberikan pilihan yang memungkinkan mereka merasa memiliki kendali atas situasi bisa sangat membantu. Anda bisa menawarkan beberapa pilihan sederhana untuk menenangkan diri, seperti:

  • “Apakah kamu ingin pelukan, atau kita duduk sebentar di sini untuk menenangkan diri?”
  • “Jika kamu ingin, kita bisa bernapas dalam-dalam bersama-sama, atau kamu bisa bermain dengan mainan kesukaanmu.”

Memberikan pilihan membantu anak belajar cara mengatasi perasaan mereka dengan cara yang positif, dan juga memberi mereka rasa kontrol dalam situasi yang mungkin membuat mereka merasa tertekan.

Baca Juga :  Toxic Positivity di Tempat Kerja: Dampak Buruk yang Sering Diabaikan

4. Bersabar dan Tunjukkan Empati

Sebagai orang tua atau pengasuh, salah satu hal terpenting yang perlu diingat adalah kesabaran. Anak-anak membutuhkan waktu untuk belajar mengelola perasaan mereka, dan terkadang mereka hanya membutuhkan dukungan emosional untuk meredakan ketegangan mereka. Tunjukkan empati dengan tetap tenang, sabar, dan hadir secara emosional. Menanggapi anak dengan penuh perhatian dan kasih sayang akan menciptakan rasa aman yang membantu mereka untuk lebih mudah mengatasi perasaan mereka.

Kapan “Berhenti Menangis” Bisa Diperbolehkan?

Meskipun mengucapkan “berhenti menangis” secara berlebihan memang dapat berdampak negatif, ada beberapa situasi di mana kalimat ini masih bisa diterima. Misalnya, jika anak menangis karena alasan yang tidak jelas atau karena sedang melampiaskan amarahnya, orang tua tetap perlu memberi pengertian dan mengarahkan anak pada perilaku yang lebih baik. Dalam hal ini, penting untuk menjaga keseimbangan antara mendukung perasaan anak dan mengajarkan mereka untuk menghadapi situasi dengan cara yang lebih konstruktif.

Membangun Hubungan yang Kuat dengan Anak Melalui Komunikasi yang Baik

Sebagai orang tua, tujuan utama adalah membantu anak mengembangkan kemampuan untuk mengelola emosi mereka dengan cara yang sehat dan positif. Daripada memaksa anak untuk berhenti menangis, lebih baik memberikan ruang bagi mereka untuk mengungkapkan perasaan dan belajar cara menenangkan diri dengan dukungan penuh perhatian. Dengan menggunakan pendekatan yang empatik, Anda tidak hanya membantu anak mengatasi perasaan mereka, tetapi juga membangun hubungan yang lebih kuat, penuh kasih, dan saling menghargai.