Gaya Hidup

Gangguan Kepribadian Ambang, Apa yang Harus Dilakukan Pasangan?

×

Gangguan Kepribadian Ambang, Apa yang Harus Dilakukan Pasangan?

Sebarkan artikel ini
Gangguan Kepribadian Ambang, Apa yang Harus Dilakukan Pasangan?
Gangguan Kepribadian Ambang, Apa yang Harus Dilakukan Pasangan? Image by freepik

plbnews.web.id – Menjalani hubungan romantis bukanlah hal yang selalu mudah, terutama jika salah satu pasangan memiliki Gangguan Kepribadian Ambang atau yang dikenal sebagai Borderline Personality Disorder (BPD).

Gangguan ini memengaruhi cara seseorang memandang diri sendiri, orang lain, dan dunia di sekitarnya. Dalam hubungan, BPD sering menjadi tantangan tersendiri karena emosi yang tidak stabil, pola pikir ekstrem, dan kecenderungan impulsif yang khas pada penderita.

Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana gangguan ini dapat memengaruhi hubungan, tantangan yang sering muncul, dan bagaimana cara pasangan dapat menghadapinya dengan lebih bijak.

Apa Itu Gangguan Kepribadian Ambang?

Gangguan Kepribadian Ambang adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan ketidakstabilan emosi, hubungan interpersonal yang kacau, serta pandangan yang berubah-ubah terhadap diri sendiri dan orang lain. Menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), beberapa gejala utama BPD meliputi:

  1. Ketakutan berlebihan akan ditinggalkan, baik nyata maupun imajinasi.
  2. Perubahan suasana hati yang ekstrem dan cepat.
  3. Kesulitan mengontrol amarah.
  4. Pola hubungan yang intens namun tidak stabil.
  5. Perilaku impulsif, seperti belanja berlebihan, penyalahgunaan zat, atau kebiasaan berisiko lainnya.
  6. Perasaan hampa yang mendalam.

Bagi seseorang yang hidup dengan pasangan BPD, gejala-gejala ini dapat menjadi akar dari berbagai masalah dalam hubungan. Namun, memahami akar masalah dan karakteristik gangguan ini bisa menjadi langkah pertama untuk menciptakan hubungan yang lebih sehat.

Baca Juga :  Aktivitas Seru untuk Lebih Dekat dengan Anak, Yuk Coba!

Cobaan yang Umum Dialami Pasangan dengan BPD

Pasangan dari individu dengan BPD sering menghadapi tantangan yang tidak biasa dalam hubungan mereka. Berikut beberapa di antaranya:

1. Ketidakstabilan Emosional

Penderita BPD kerap mengalami perubahan emosi secara tiba-tiba dan intens. Misalnya, mereka mungkin merasa sangat mencintai pasangannya di satu waktu, tetapi beberapa jam kemudian merasa sangat kecewa atau marah. Perubahan ini sering kali sulit dipahami oleh pasangan mereka, yang tidak jarang merasa bingung atau lelah secara emosional.

2. Ketakutan Berlebihan Akan Penolakan

Individu dengan BPD sering kali memiliki ketakutan mendalam akan ditinggalkan. Ketakutan ini dapat memicu perilaku posesif atau kontrol yang berlebihan terhadap pasangan. Mereka mungkin terus-menerus membutuhkan jaminan bahwa pasangannya tidak akan pergi, bahkan ketika tidak ada ancaman nyata.

3. Konflik yang Intens

Konflik dalam hubungan yang melibatkan pasangan dengan BPD cenderung menjadi lebih sering dan lebih intens. Hal ini sering dipicu oleh interpretasi negatif terhadap tindakan atau kata-kata pasangan, yang sebenarnya mungkin tidak dimaksudkan untuk menyakiti.

4. Kesulitan Menjaga Batasan

Penderita BPD sering kali kesulitan memahami atau menghormati batasan dalam hubungan. Mereka mungkin menuntut perhatian terus-menerus, merasa cemburu berlebihan, atau sulit menerima “me time” yang diperlukan oleh pasangannya.

Baca Juga :  7 Tips Sukses Jalin Hubungan LDR yang Tahan Lama

5. Rasa Hampa yang Menular

Salah satu gejala utama BPD adalah perasaan hampa atau kosong. Dalam hubungan, perasaan ini dapat memengaruhi pasangan, terutama jika mereka merasa bertanggung jawab untuk “mengisi” kekosongan tersebut. Hal ini bisa membuat pasangan merasa kewalahan dan tidak cukup.

Bagaimana Pasangan Dapat Menghadapi Cobaan Ini?

Menghadapi hubungan dengan seseorang yang memiliki BPD memang membutuhkan kesabaran, pemahaman, dan strategi yang matang. Berikut beberapa tips yang bisa membantu:

1. Pahami Gangguan BPD

Langkah pertama adalah memahami apa itu BPD dan bagaimana gangguan ini memengaruhi perilaku pasangan Anda. Pengetahuan ini akan membantu Anda melihat situasi dari sudut pandang yang lebih objektif dan tidak terlalu personal.

2. Tetap Tenang dan Jangan Bereaksi Berlebihan

Ketika konflik terjadi, sangat penting untuk tetap tenang. Bereaksi dengan emosi yang sama intensnya hanya akan memperburuk situasi. Cobalah untuk mendekati pasangan dengan empati dan pengertian.

3. Tetapkan Batasan yang Jelas

Batasan adalah bagian penting dari hubungan yang sehat, terutama dalam kasus BPD. Jelaskan dengan lembut tapi tegas apa yang Anda butuhkan untuk menjaga keseimbangan emosional Anda sendiri.

4. Dukungan Profesional

Terapi, baik untuk penderita BPD maupun untuk pasangan, dapat sangat membantu. Dialectical Behavior Therapy (DBT) adalah salah satu metode yang terbukti efektif untuk membantu penderita BPD mengelola emosi mereka.

Baca Juga :  Ciri-Ciri Hubungan Toxic dan Cara Memilih Pasangan yang Tepat

5. Jangan Abaikan Kesejahteraan Diri

Hidup dengan pasangan yang memiliki BPD bisa sangat menguras energi emosional. Pastikan Anda meluangkan waktu untuk diri sendiri dan menjaga kesehatan mental Anda.

Harapan dalam Hubungan dengan Pasangan BPD

Meskipun penuh tantangan, hubungan dengan pasangan yang memiliki BPD bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dijalani. Dengan komunikasi yang baik, dukungan profesional, dan komitmen dari kedua belah pihak, hubungan ini bisa tetap berjalan dengan baik.

Banyak pasangan yang akhirnya menemukan cara untuk membangun hubungan yang sehat meskipun ada tantangan dari BPD. Kunci utamanya adalah kesabaran, pemahaman, dan kesediaan untuk terus belajar dan tumbuh bersama.

Gangguan Kepribadian Ambang membawa banyak cobaan dalam hubungan romantis, mulai dari ketidakstabilan emosi hingga konflik yang sering terjadi. Namun, dengan pendekatan yang tepat, pasangan tetap dapat menjalin hubungan yang bermakna dan saling mendukung.

Jika Anda atau pasangan Anda mengalami kesulitan yang berkaitan dengan BPD, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Hubungan yang penuh tantangan ini tetap bisa menjadi sarana untuk tumbuh dan belajar, baik secara individu maupun sebagai pasangan.