plbnews.web.id – Kolesterol, senyawa lemak yang beredar dalam darah, sering kali disalahpahami. Bagi banyak orang, hanya dikaitkan dengan makanan berlemak dan risiko penyakit jantung. Namun, faktanya kolesterol tinggi dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius lainnya, dan sayangnya, gejalanya sering kali diabaikan.
Artikel ini akan mengupas tuntas 7 tanda yang kerap luput dari perhatian, beserta penjelasan medisnya. Dengan memahami tanda-tanda ini, Anda dapat lebih waspada dan mengambil langkah pencegahan sedini mungkin untuk menjaga kesehatan Anda.
1. Gangguan Penglihatan
Dapat menyebabkan penumpukan plak di arteri yang memasok darah ke mata. Kondisi ini, yang dikenal sebagai aterosklerosis okular, dapat mengganggu aliran darah ke retina, berakibat pada penglihatan kabur, bintik-bintik buta, atau bahkan kehilangan penglihatan permanen.
2. Mudah Lelah dan Lemah
Ketika kolesterol tinggi menyumbat arteri, aliran darah ke seluruh tubuh, termasuk otot dan organ vital, terhambat. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan kronis, kelemahan otot, dan kesulitan beraktivitas.
3. Nyeri Kaki dan Kram
Penyumbatan arteri di kaki dapat menyebabkan rasa sakit, kram, dan mati rasa, terutama saat berjalan atau berolahraga. Gejala ini, yang dikenal sebagai penyakit arteri perifer (PAD), dapat memburuk seiring waktu dan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti gangren dan amputasi.
4. Nyeri Dada dan Sesak Napas
Penumpukan plak di arteri koroner, pembuluh darah yang memasok darah ke jantung, dapat memicu angina pectoris, yang ditandai dengan rasa sakit dada, sesak napas, dan rasa tidak nyaman di dada. Jika tidak diobati, angina pectoris dapat berkembang menjadi serangan jantung.
5. Sering Pusing dan Sakit Kepala
Aliran darah yang tidak lancar ke otak akibat kolesterol tinggi dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, dan bahkan vertigo. Gejala ini sering kali kambuh dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
6. Luka yang Lambat Sembuh
Kolesterol tinggi dapat memperlambat aliran darah ke kulit, sehingga luka dan memar membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh. Hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi dan komplikasi lainnya.
